14 Mei, 2009

SISTEM JUMLAH PENGUNJUNG KANTIN 27

A. Elemen penting yang terdapat dalam system tersebut adalah :

1. Pengunjung

2. Makanan yang di jajakan

3. Kantin itu sendiri

B. Data Penelitian

No

Rentang Waktu (menit)

Jumlah Pengunjung

1

0-5

2

2

5-10

2

3

10-15

6

4

15-20

1

5

20-25

5


C.
Diagram Dari Pengambilan Data









D. Grafik Dari Pengambilan Data

25 Maret, 2009

BALLPOINT

Pendahuluan

Pengertian Ballpoint

Ballpoint atau pulpen adalah sejenis alat tulis (secara spesifik merujuk kepada sejenis pen) yang bentuk dan ukurannya mirip dengan pensil. Pulpen populer karena murah dan mudah digunakan.

Sejarah Ballpoint

Sekarang kita lihat bagaimana asal-muasalnya pulpen, siapa penemunya, kapan ditemukannya, dll... Pulpen diciptakan oleh jurnalis Hungaria, Laszlo Biro/Ladislao Biro pada tahun 1938. Biro memperhatikan bahwa tinta yang digunakan dalam percetakan surat kabar mengering dengan cepat dan tidak meninggalkan noda pada kertasnya. Kesulitan-kesulitan lain saat menggunakan pena untuk mengoreksi naskah-naskah yang ditulis pada kertas tipis seperti tinta yang melebar, tumpah atau kertas yang sobek karena sabetan pena yang cukup tajam.

Bersama saudara lelakinya George, seorang kimiawan, dia mengembangkan ujung pen yang baru yang tersiri dari sebuah bola yang dapat berputar dengan bebas pada sebuah lubang. Saat berputar, bola tersebut akan mengambil tinta dari sebuah cartridge, tinta membasahi bola kecil yang mengalir secara kapiler dan dengan bantuan gravitasi. dan kemudian menggelinding agar melekatkannya pada kertas. Karena bola kecil itulah maka pena baru itu dinamakan Ball Point Pen atau yang lazim dikenal dengan nama bolpen.

Rancangan ini kemudian dipatenkan di Argentina pada 10 Juni 1943 dan dijual dengan merek Birome, yang masih bertahan hingga saat ini.

Awalnya, alat tulis yang menggunakan tinta adalah pena dan tinta yang digunakan terpisah. Pena yang digunakan pada awalnya dibuat dari bulu angsa seperti yang lazim digunakan di Eropa pada abad pertengahan, batang alang-alang air yang digunakan di Timur Tengah atau bahkan kuas yang digunakan di Tiongkok dan Jepang. Kelemahannya adalah penggunaannya sering merepotkan para pemakainya karena tintanya berceceran atau bahkan tumpah di atas kertas.

Pulpen mempunyai ruang internal yang diisikan tinta melekat. Tinta tersebut disalurkan melalui ujungnya saat digunakan dengan penggelindingan sebuah bola kecil (berdiameter sekitar 0,7 mm hingga 1 mm) dari bahan logam. Tintanya segera kering setelah menyentuh kertas.

Cara menggunakannya pun sangat mudah sekali, semua orangpun bisa menggunakannya.cukup di pegang saja ballpointnya kemudian di coretkan pada media tulis apa saja.

Kegunaan ballpoint adalah untuk memudahkan kita dalam mencatat/menulis sesuatu.

Dampak positif dalam kehidupan masyarakat

- Masyarakat dapat mencatat segala sesuatu dengan mudah,

- Alat yang praktis digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat,

- Ekonomis, karena harganya bisa terjangkau oleh semua orang.

Dampak negatif dalam kehidupan masyarakat

- Akan mencemari lingkungan apabila ballpointnya sudah tidak terpakai lagi,

- Tintanya tidak mudah hilang apabila terkena pakaian,

- Berbahaya bagi anak-anak dibawah umur 7 tahun.

Solusi untuk mengurangi dampak negatif yang terjadi

- Mendaur ulang limbah-limbah plastik termasuk ballpoint yang tidak layak pakai lagi,

- Menjauhkannya dari anak-anak dibawah umur 7 tahun,

- Sebaiknya menyiapkan tempat khusus untuk ballpoint.

16 Januari, 2009

Tahu


Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh istri Ongkino, yang memang semenjak awal sebagai orang yang pertama kali memiliki ide untuk memproduksi Tou Fu (dari bahasa Tionghoa yang berarti sama) yang lambat laun menjadi berubah nama menjadi “Tahu”. Tahun demi tahun, Ongkino beserta istri tercinta terus menggeluti usaha mereka hingga sekitar tahun 1917 anak tunggal mereka Ong Bung Keng menyusul kedua orang tuanya ke tanah Sumedang. Bung Keng kemudian melanjutkan usaha kedua orang tuanya yang sampai keduanya memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di Hokkian, Republik Rakyat Cina.

Melalui alih generasi Ong Bung Keng, anak tunggal Ongkino, terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah yang berbau mistik, seperti apa yang diceritakan cucu dari Ongkino, Suryadi. Sekira tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong Bung Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan dokar dalam perjalanan menuju Situraja. Kebetulan, sang Pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum. Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, “Maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?)”. Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari Tou Fu China. Karena penasaran, sang bupati langsung mencoba satu. Setelah mencicipi sesaat, bupati secara spontan berkata “Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!”, dengan wajah puas. Tak lama setelah kejadian ini, Tahu Sumedang digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia

Wayang Golek



Wayang golek adalah salah satu kesenian khas tanah Sunda. Pada umumnya wayang golek masih dibuat secara tradisional oleh penduduk desa-desa tertentu di Jawa Barat. Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

Selain itu, karena ke khasanya wayang golek juga sering difungsikan sebagai sufenir / tanda mata khas tanah Sunda. Harga wayang golek relatif murah, kisaranya sangat ditentukan oleh ketelitian dari ukiran / tingkat kesulitan dalam pembuatanya juga bahan bakunya. Menurun Mang Iin salah satu pengrajin Wayang golek dari daerah Rancakalong, Sumedang, untuk wayang dengan detail yang tidak terlalu rumit beliau bisa menyelesaikan 3-4 buah wayang sehari, sedangkan untuk wayang dengan detail / kualitas tinggi bisa membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menyelesaikan sebuah wayang. Pada umumnya wayang dibuat dari kayu albasia dipasarkan dengan kisaran harga Rp. 15.000 / unit lengkap dengan pakaian dan aksesoris. Sedangkan wayang kualitas lebih baik dengan menggunakan kayu mahoni dll. dipasarkan dengan harga Rp. 40.000 s/d Rp. 150.000 / unit.

Salak Bongkok



  • Deskripsi
Nama salak bongkok didasarkan pada daerah asal salak ini, yaitu Desa Bongkok, Sumedang, Jawa Barat. Dalam satu tandan terdapat dua macam bentuk buah, yaitu lonjong panjang dan bulat buntek. Kulit buahnya bersisik besar dan berwarna merah kecokelatan mengkilat. Daging buahnya tebal dan rasanya manis. Bijinya besar dan dalam tiap buah terdapat 2-3 biji. Ukuran buahnya besar dengan diameter dapat mencapai 6 cm. Setiap rumpun dapat menghasilkan 5-7 tandan.

  • Manfaat
Buah salak dapat dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Namun, tanaman salak baik untuk batas kebun sekaligus sebagai pengaman kebun.

  • Syarat Tumbuh
Salak tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Tipe tanah podsolik dan regosol atau latosol disenangi oleh tanaman salak. Lingkungan yang dikehendaki mempunyai pH 5-7, curah hujan 1500--3000 mm per tahun dengan musim kering antara 4-6 bulan. Pada kondisi lingkungan yang sesuai, tanaman mulai berbuah pada umur tiga tahun. Tanaman salak muda lebih senang hidup di tempat teduh atau di bawah naungan. Oleh karena itu, umumnya salak ditanam di bawah tanaman duku, durian, atau pohon jinjing atau sengon (Albezia sp.).

  • Pedoman Budidaya
Perbanyakan tanaman: Salak umumnya ditanam dari biji yang diambil dari pohon salak yang bermutu baik. Namun, tanaman dari biji tidak selalu sama dengan sifat induknya (selalu berubah). Tanaman salak mulai berbuah setelah umur 3-4 tahun. Cara lain yang dikembangkan pada saat ini adalah melalui anakan atau biasa disebut "cangkokan". Bibit dibuat dengan membumbungkan (memasukkan) potongan bambu pada pangkal tunas anakan pohon salak unggul tersebut. Potongan botol plastik atau botol infusan juga dapat digunakan sebagai bumbungan. Media cangkok yang digunakan adalah campuran tanah dan kompos (perbandingan 2:1). Setelah tunas anakan berakar dalam bumbung, bibit vegetatif ini dapat disapih. Untuk mempercepat tumbuhnya akar, biasanya pada anakan diberi Rootone-F sebanyak 1%. Budi daya tanaman: Biji ditanam langsung dalam lubang, sebanyak 3-4 biji per lubang. Ukuran lubang dibuat 50 cm x 50 cm x 40 cm, jarak antar lubang 2 m x 4 m atau 3 m x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk kandang sebanyak 10-20 kg. Sebulan kemudian, biji mulai tumbuh. Seleksi atau pembuangan tanaman yang tidak dipilih dilakukan setelah mulai berbunga, yakni setelah berumur tiga tahun. Dalam setiap lubang ditinggalkan satu pohon yang berbunga betina atau campuran. Tanaman jantan disisakan 10% dari populasi yang ditanam sebagai sumber pejantan. Pupuk buatan diberikan tiga bulan sekali sebanyak 25-500 g NPK (15-15-15) dan terus meningkat sesuai umur tanaman. Pada umur 1-3 tahun sebanyak 25-300 g per pohon, lalu umur 3-10 tahun sebanyak 300--500 g per pohon. Pada penanaman dengan cangkok, tiap lubang hanya ditanam satu bibit saja. Tanaman dijaga agar tetap lembap, cukup air, dan mendapat naungan. Leguminose dan Gliricidia (gamal) dapat digunakan sebagai naungan. Pelepah daun paling bawah dikurangi agar matahari masuk merata dan memudahkan pekerja pemeliharaan melewati jalan di antara barlsan tanaman.

  • Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman salak yang penting adalah menjaga kebersihan kebun dan membuang tunas anakan yang muncul. Umumnya, pembuangan tunas anakan dilakukan setelah dicangkok dan terus hidup. Jumlah daun yang disisakan maksimum sekitar 17 helai. Pelepah daun dipangkas dengan gergaji atau sabit tajam. Dengan cara ini, sinar matahari dapat masuk ke kebun salak dan pengambilan buah pun mudah dilakukan. Biasanya, bakal buah sebesar kelereng tumbuh rapat sekali pada tiap tandan. Bakal buah perlu dibuang (penjarangan) agar buah salak tumbuh besar dan merata.

  • Hama dan Penyakit
Hama yang timbul pada tanaman salak adalah kutu wol (putih) atau Cerataphis sp. yang bersembunyi di sela-sela buah. Selain itu, kumbang (uret) atau omotemnus sp. sebagai penggerek tunas. Tupai dan tikus juga menjadi hama yang menjengkelkan. Hama ini dapat diatasi dengan Furadan 3 G dan semprotan insektisida Tamaron 0,3%. Penyakit yang sering tampak adalah noda hitam pada daun akibat cendawan Pestalotia sp. dan penyalat busuk merah (pink) pada buah dan batang oleh cendawan Corticium salmonicolor. Tanaman sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di tempat tertentu karena sulit dikendalikan.

  • Panen dan Pasca Panen
Buah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur enam bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ini ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Pemanenan buah dengan cara memotong tangkai tandannya. Hasil tanaman salak di Bali dapat mencapai 15 ton/hektar. Panen besar antara bulan Oktober-Januari.

MAENPO


 


Maenpo tradisi yang hampir punah

Lelaki tua itu menaiki tangga. Sedikit tertatih. Tubuh kurusnya doyong ketika berdiri. Tapi, begitu gendang ditabuh, dengan tangkas ia melayani serangan. Lawannya lebih besar dan muda. Tak jadi masalah.

Geraknya cepat. Tangannya berkelebat menyerang. Lawan pun jatuh. Tepik sorak dan tepuk tangan langsung bergemuruh di Gedung Kesenian Cianjur pada akhir pekan lalu. Tak sedikit yang berdecak kagum.

Gan Ita Sasmita, lelaki tua itu biasa dipanggil. Dia adalah salah satu sesepuh aliran pencak silat Cikalong. Umurnya 84 tahun. Meski uzur, Kalau sudah ulinan (bermain silat berpasangan), langsung keluar lincahnya, kata sesepuh aliran Sahbandar, Memet M. Tohir.

Gan Ita menjadi salah satu penampil pada malam gelar seni untuk menyambut rombongan Wisata Silat 2007 dari Komunitas Sahabat Silat (Jakarta) dan tamu Presiden Persekutuan Silat Antarbangsa Eddie Nalapraya.

Tujuan dari wisata silat ini adalah untuk menggali kembali kekayaan budaya pencak silat tradisional di Cianjur, ujar aktivis komunitas, Ki Sawung. Cianjur memang terkenal kaya warisan budaya pencak silat.

Menurut Bupati Tjetjep Muchtar Soleh, pencak silat, atau maenpo dalam bahasa Sunda, adalah budaya yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Cianjur. Sebagian menyebutnya amengan atau ulinan, katanya.

Keseluruhan warisan budaya ini sudah berlangsung lama ketika Cianjur menjadi salah satu pusat kebudayaan dan peradaban di tatar Sunda pada zaman dulu.

Kota yang berada di ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut itu didirikan oleh Raden Aria Wiratanu Datar, putra dari Raden Arya Wangsa Goparana, keturunan penguasa Kerajaan Talaga.

Aria Wiratanu Datar lantas mendirikan kerajaan di Cianjur yang mandiri atau tidak berada di bawah Batavia (Belanda) ataupun Mataram, Banten, dan Cirebon.

Belanda pun mengakui eksistensi negeri Cianjur. Buktinya, Gubernur Jenderal Cornelis Speelman mengundang Raja Cianjur untuk menghadiri serah-terima jabatan gubernur jenderal. Arya Wiratanu Datar wafat pada 1691 dan dimakamkan di Cikundul.

Salah seorang keturunan Arya Wiratanu, Raden Djaja Perbata atau Haji Ibrahim, menciptakan aliran silat baru setelah melakukan khalwat (mengasingkan diri) di sebuah gua di Kampung Jilebut di tepi Sungai Cikundul Leutik di wilayah Cikalong Kulon.

Sebelum menyempurnakan gerakannya, Haji Ibrahim sempat berguru pada beberapa orang, terutama Bang Kari dan Bang Madi dari Betawi. Aliran silat ini kemudian disebut Cikalong.

Pada masa yang sama, ada tokoh silat yang juga memiliki bela diri yang istimewa. Dia adalah Muhammad Kosim, seorang perantau dari Pagaruyung, Sumatera Barat. Dia tinggal di Kampung Sabandar, Cianjur.

Haji Ibrahim kala itu mendapati bahwa beberapa muridnya juga belajar pada Mamak (sebutan untuk orang tua di Sunda) Kosim, yang kemudian dikenal dengan sebutan Mamak Sabandar.

Kedua pendekar besar tersebut akhirnya bertemu. Keduanya pun mengakui keunggulan masing masing. Kesimpulannya, mereka tidak bisa saling mengalahkan.

Karena generasi kedua aliran Cikalong banyak belajar kepada Mamak Sabandar, gaya Cikalong otomatis dipengaruhi oleh aliran Sabandar ini.

Semuanya terpengaruh oleh katumanan (kebiasaan yang baku), lampah (gerak langkah), dan tabeat (pembawaan sifat) Sabandar, kata sesepuh Sabandar, Pepen Effendi.

Itu sebabnya karakter aliran yang ada di Cianjur dipastikan mengikuti kaidah dua guru utama Cikalong, yakni Madi dan Kari, ditambah dengan Sabandar.

Sabandar mengalirkan tenaga lawan dengan menggunakan gerakan dasar, Madi digunakan membendung tenaga lawan lewat gerakan yang terlatih, sedangkan Kari adalah untuk melumpuhkan lawan dengan menyerang titik kelemahan tubuh, ujar Pepen.

Secara geografis, ada tiga tempat utama penyebaran aliran maenpo di Cianjur. Cikalong banyak dipelajari dan dikembangkan di Pasar Baru Cianjur. Sabandar lebih banyak digandrungi di Bojong Herang. Cikaret merupakan tempat aliran Kari berkembang.

Aliran Kari Cikaret dikembangkan oleh Aa Oha dan saudaranya, Aa Aman. Walaupun dipengaruhi oleh Cikalong dan jurus lima Sabandar, Cikaret menitikberatkan pada permainan Kari atau perpeuhan (pukulan).

Karena itu, sedikit berbeda dengan aliran lain yang lembut, jurus-jurus Cikaret justru sangat keras dan cepat, ujar Wak Dudun, sesepuh Cikaret.

Sampai saat ini perkembangan ketiga aliran di Cianjur itu masih terjaga dengan baik di lingkungan pusatnya masing-masing. Meski begitu, para sesepuh mulai prihatin. Sebab, sedikit generasi muda yang menaruh perhatian terhadap silat tradisional ini.

Walau pencak silat diajarkan di tingkat sekolah dasar, setelah dewasa, banyak dari mereka yang tidak lagi berminat untuk mempelajari pencak silat.

Jika saja suatu saat generasi sepuh seperti Gan Ita Sasmita sudah tiada, entah siapa lagi yang akan melestarikan budaya asli Cianjur ini.


 

Kebun Raya Cibodas


Kebun Raya Cibodas Lebih dari Sekadar Taman Rekreasi

Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata. Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.

Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.

Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara. Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang. Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”

Perlu Dana

Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.

Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.

Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”

Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.

Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.


Bunga Bangkai

Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari. Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000. Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis. ”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca

Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe. Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca. Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi). ”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida. Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan.

Curug Citambur



CURUG Citambur, sebuah air terjun yang ketinggiannya kira-kira 100 meter di Desa Karang Jaya, Kec. Pagelaran, Cianjur Selatan. Airnya sangat dingin dan tak ada yang berani bermandi di air jatuhannya. Dipastikan badan akan terasa sakit sekali bila tertimpa air jatuhan karena volumenya cukup besar, jauh lebih besar dan tinggi dari Curug Cimahi di daerah Cisarua, Kab. Bandung.

Air terjun yang lokasinya selatan Ciwidey, Kab. Bandung, yang jaraknya kira-kira 40 km itu, berpanorama indah. Sekitar curug selalu diliputi kabut tipis dan suara air jatuhannya begitu keras dan sesekali diselingi suara burung kutilang, seakan memperkaya simfoni suara alam kawasan itu.

Berada di sana serasa di alam yang masih “perawan”, belum banyak disentuh tangan manusia. Objek wisata itu masih eksotis. Ada dua versi, kenapa curug itu bernama Citambur. Dargana, Ketua Badan Pertimbangan Desa (BPD) Desa Karang Jaya menjelaskan, kata orang tua dulu, setiap air terjun yang jatuh ke kolam berbunyi “bergedebum” seperti tambur.

Saat itu, mungkin volume air terjun jauh lebih besar dari sekarang dan kolamnya cukup luas sehingga menimbulkan bunyi seperti alat musik tabuh yang dipukul setiap air menimpa kolam. Seiring menyusutnya volume air, bunyi itu tak terdengar lagi.

Versi lain, curug tersebut dulu termasuk wilayah Kerajaan Tanjung Anginan, yang rajanya bergelar Prabu Tanjung Anginan. Pusat kerajaannya berada di Pasirkuda, yang kini termasuk Desa Simpang dan Karang Jaya, Kec. Pagelaran. Dugaan pusat kekuasaan di sana karena ada batu yang berbentuk kursi yang diyakini warga sebagai tempat duduk raja. Sementara itu, nama Pasirkuda karena ada sebuah batu di bukit (pasir dalam bahasa Sunda) yang berbentuk kuda.

Pada saat kerajaan berdiri, setiap raja mau mandi ke curug selalu ditengarai dengan suara tambur, yang ditabuh para pengawal. Suara berdebumnya alat musik tabuh itu terdengar cukup jauh sehingga warga Pasirkuda menyebutnya Curug Citambur.

Namun, baik Dargana maupun Kepala Desa Karang Jaya, Kec. Pagelarang, Kab. Cianjur, Dudih Rachmansyah tidak mengetahui, abad ke berapa Kerajaan Tanjung Anginan berdiri. Dalam buku-buku sejarah yang ada pun tak dikenal kerajaan tersebut. Mungkin, Kerajaan Tanjung Anginan sebuah legenda. Hanya yang pasti, kata Dedih, di Curug Citambur sesekali ada yang bertapa. Mereka sepertinya menganggap di curug itu ada kekuatan supranatural.

MESKI Curug Citambur yang memesona belum diberdayakan secara optimal, terlebih bisa ikut membantu menyejahterakan warga sekitar, tetapi penduduk di sana berkeyakinan satu saat air terjun tersebut bisa membebaskan warga dari lilitan kemiskinan.

Yayan Rohyana, tokoh masyarakat Karang Jaya mengungkapkan, menurut orang tua, paling tidak ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain, jika ada pihak luar yang mau menata.

Pendapat itu bisa dipahami, terlebih jika menelusuri wilayah selatan, mulai dari Ciwalini, Kab. Bandung-Pagelaran-Sindangbarang-Cidaun-Narigul, Kab. Cianjur-Ciwalini (jalur melingkar) banyak objek wisata yang potensial yang belum diberdayakan.

Sejak dari Rancawalini, di kanan kiri jalan dipenuhi kebun teh bagaikan hamparan permadani hijau dan udara yang sejuk. Air “cur-cor”. Sehingga jika melewati jalur tersebut, mata seakan dimanja dan badan menjadi segar. Suasana seperti itu hingga ke Desa Cipelah, Kec. Rancabali, Kab. Bandung karena wilayah tersebut merupakan daerah perkebunan PTPN VIII.

Selepas Cipelah, alam terlihat gersang. Akan tetapi berbatasan dengan Desa Ranca Karya, Kec. Pagelaran, Kab. Cianjur walau bukan areal perkebunan, namun pesawahan menghampar.
Di sebelah kanan jalan dari arah Bandung terlihat tiga curug lumayan besar, yang warga di sana menyebutnya Curug Cisabuk. Air yang mengairi pesawahan di daerah itu, juga berasal dari curug tersebut.

Hanya sayangnya, ketiga curug tersebut agak sulit dijangkau, lokasinya agak jauh dari jalan besar, baru ada jalan setapak dan menanjak. Akan tetapi, kata Achmad, warga Cipelah, di sekitar ketiga curug terdapat gua yang cukup besar. Penghuninya kelelawar.

Kira-kira 6 km ke selatan terlihat lagi dua curug yang salah satunya Curug Citambur. Kedua curug tersebut selain sebagai objek wisata, juga sebagai sumber air minum warga, pengairan areal pesawahan dan kolam.

Dan, di sejumlah lokasi areal pesawahan di sana menggunakan sistem terasering (bertingkat) yang latar belakangnya sebuah bukit yang hijau. Jika dilihat dari jalan raya, terlihat sebuah pemandangan yang menarik.

Areal pesawahan tersebut sangat memungkinkan bila dijadikan agrowisata pesawahan yang sekarang tengah “ngetrend”. Udaranya tidak terlampau panas dan airnya cukup memadai sehingga para wisatawan akan betah bila diajak tandur, memandikan kerbau, dan memanen.

Indahnya kelima curug tersebut terlihat dari jalur Naringgul-Ciwalini, yang lokasinya di seberang timur yang jaraknya cukup jauh terhalang perkebunan teh.

Kelima curug itu terlihat seperti lima garis yang mengilat, terlebih jika tersorot sinar matahari, tampak seperti pelangi, yang terbayang di bawah curug sejumlah bidadari tengah mandi. Sehingga melakukan perjalanan dengan motor, melintasi Ciwidey-Rancawalini-Sindangbarang-Cidaun-Naringgul-Ciwalini sangat mengasyikkan sekalipun jarak tempuhnya cukup jauh.

Di jalur Cidaun-Ciwalini sebenarnya ada sebuah curug, yang lokasinya di pinggir jalan. Hanya sayangnya, airnya sudah kering, konon katanya digunakan untuk pengairan pesawahan. Akan tetapi, situasi itu akan terobati ketika akan memasuki Kota Sindangbarang meski harus memotong hutan.

Di Kampung Jablagan terdapat Curug Cisawer yang lokasinya di pinggir jalan pula, dengan curah air yang tinggi. Keindahan alam yang memesona di wilayah selatan ini, seperti mutiara yang terpendam lumpur, belum diberdayakan. Pangkal penyebabnya, kondisi jalan yang rusak berat. Dengan kondisi seperti itu, para wisatawan menjadi malas ke sana.

Andaikata jalannya mulus, kawasan indah sepanjang jalur selatan itu tentu tak terlalu jauh dinikmati dari Kota Bandung. Apalagi, kawasan wisata yang masih “perawan” itu menyuguhkan keindahan alam nan eksotis. Jalur lingkar selatan Cianjur ini sudah saatnya disentuh agar warga bisa terbebas kemiskinan. Dan mereka tak mudah tertipu menjadi TKW (tenaga kerja wanita) ke negara Timur Tengah.


Pantai Jayanti


KEINDAHAN panorama dengan pantai yang berdampingan dengan Cagar Alam Bojonglarang, menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang datang ke Pantai Jayanti di Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. Belum lagi aktivitas para nelayan di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Jayanti dengan puluhan perahu bercadik yang tertambat dibebatuan karang, melengkapi suasana kehidupan masyarakat pesisir yang masih tradisional dan alami.

Namun ibarat gadis cantik yang tengah tertidur lelap, potensi pariwisata yang seharusnya bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang menikmatinya sampai saat ini belum digali dan dikembangkan secara optimal. Sentuhan pembangunan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur di sektor pariwisata, sepertinya belum mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisata ke pesisir pantai Cianjur Selatan.

Terletak di kecamatan yang berjarak 139 km dari Kota Cianjur dan berbatasan dengan Kabupaten Garut, Kecamatan Cidaun menjadi satu dari tiga daerah lain di Kabupaten Cianjur yang memiliki potensi objek wisata pantai. Dua daerah lainnya adalah Kecamatan Sindangbarang dan Agrabinta.

Kabupaten Cianjur memiliki daerah pesisir yang membentang sepanjang 75 km, mulai dari Cidaun sampai ke pesisir Agrabinta yang berbatasan dengn Kabupaten Sukabumi.

Selain memiliki keindahan alam yang masih "perawan" dengan kehidupan nelayan tradisionalnya, di sekitar Pantai Jayanti juga terdapat sejumlah tempat yang memiliki daya tarik wisata. Di antaranya, objek wisata Batu Kukubung yang konon, tempat tersebut dijadikan sebagai tempat persinggahan dari Raja Pajajaran. Di atas salah satu batu karang di tempat tersebut terdapat tapak kaki seukuran orang dewasa. Tapak kaki itu, katanya, adalah tapak kaki dari sang raja.

Ada juga sebuah ceruk pada tebing karang berisi air yang oleh penduduk setempat dinamakan "Sodong Parat". Nama tersebut diambil, karena menurut kepercayaan warga setempat, ceruk tersebut sangat dalam sehingga menembus ke ujung dunia.

Kehidupan nelayan tradisional yang berjumlah sekira 600 orang dengan aktivitas di PPI Jayanti, juga menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang datang. Pelabuhan Jayanti, di Desa Cidamar Kec. Cidaun Cianjur merupakan satu-satunya PPI di kota tauco. Digolongkan kedalam PPI tipe C oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, dengan produksi kurang dari 500 ton/tahun.

Rendahnya produksi perikanan laut nelayan PPI Jayanti bukan disebabkan tidak adanya sumber ikan, namun lebih disebabkan terbatasnya daerah penangkapan ikan, ukuran perahu sangat kecil, alat tangkap yang sederhana, dan tingkat teknologi penangkapan ikan yang masih sangat rendah. Sehingga ikan yang berada agak jauh dari pantai Cianjur Selatan atau di perairan ZEEI sama sekali tidak tersentuh nelayan.

Terbatasnya sarana pendukung pariwisata, minimnya promosi dan tidak matangnya perencanaan dalam melakukan pengembangan dan pembangunan objek wisata, menjadi penyebab terpinggirkan bahkan terbengkalainya objek pariwisata Pantai di Cianjur Selatan itu.Akibatnya, minat wisatawan untuk berkunjung menjadi surut.

Plt Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Drs. H. Sumitra, MM mengatakan, selama ini pihaknya berupaya sekuat tenaga melakukan pengembangan sektor pariwisata, khususnya potensi wisata yang ada di sepanjang pantai laut selatan. Di antaranya dengan melakukan promosi dan penjajagan dalam upaya mengundang investor sehingga mereka mau menanamkan modal atau bekerjasama membangun kepariwisataan di Cianjur.

"Untuk terus menarik minat wisatawan, kegiatan Pesta Laut akan dilaksanakan setiap tahun. Dan diharapkan melalui kegiatan ini, banyak orang yang datang berwisata ke Pelabuhan Jayanti dan objek-objek wisata pantai lainnya di sepanjang pantai Cidaun dan Sindangbarang.

Gunung Gede Pangrango



Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung. Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas.
Mulai 1 April 2002 untuk mengunjungi Taman Nasional Gn.Gede-Gn. Pangrango diberlakukan sistem booking, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui Gunung Putri. Pendaftaran pendaki hanya dilanyani di Wisma Cinta Alam kantor Balai Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango pada hari kerja (senin-jumat) pada jam kantor. Pos Cibodas, Gn. Putri dan Salabintana sudah tidak melayani ijin pendakian. Hanya sebagai pos kontrol.
Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan hutan seluas 150 km2 di puncak Gunung Gede Pangrango (Kabupaten Cianjur) sebagai suaka alam pada tahun 1889. Pemerintah RI kemudian mengubah status wilayah Gede Pangrango menjadi Taman Nasional pada tahun 1980.
  • CUACA
Gede Pangrango adalah salah satu tempat di pulau jawa yang terbanyak curah hujannya, rata-rata pertahun mencapai 3.000 hingga 4.200 mm. Musim Hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan mei dengan curah hujan lebih dari 200 mm setiap bulannya, dan lebih dari 400 mm perbulannya diantara bulan Desember hingga Maret dan taman biasanya ditutup. Taman nasional ini sangat penting untuk menyerap air hujan.
Saat terbaik untuk mengunjungi taman maupun pendakian adalah diantara musim kemarau sekitar juni hingga september, dimana pada saat itu curah hujan turun dibawah 100 mm. Suhu rata-rata berfariasi dari 18ºC di Cibodas hingga kurang dari 10ºC di puncak gunung gede dan pangrango, dengan kelembaban diantara 80% dan 90%. Pada malam hari suhu di puncak gunung bisa mencapai dibawah 5ºC, sehingga bagi setiap pendaki gunung harus membawa jaket tebal. Pendaki juga perlu berhati-hati karena pohon-pohonan mudah tumbang.
Kelembabannya sangat tinggi terutama di hutan pada malam hari, namun pada musim kemarau di puncak gunung berubah turun pada malam hari sekitar 30% hingga siang hari naik mencapai 90%.
  • FAUNA
Tercatat ada 245 jenis burung di taman ini, ketika Junghuhn mendaki Gn.Pangrango pada tahun 1839, merupakan pendaki pertama yang dilakukan oleh orang Eropa, ia menemukan dua badak jawa di dekat puncak gunung (kandang badak) seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai. Sekitar 150 tahun yang lalu juga masih dihuni oleh banteng dan rusa jawa. Pada tahun 1929 masih ada Macan tutul Panthera pardus di Taman Nasional ini, dan tahun 1986 masih tersisa 10, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
  • PINTU MASUK TAMAN
Bagi setiap pengunjung wajib minta ijin di pintu masuk taman yang dapat diperoleh di kantor Cibodas. Pengunjung dapat memasuki taman lewat beberapa pintu diantaranya:
Pintu Cibodas (Cianjur) merupakan pintu masuk utama dan kantor pusat taman. Berjarak kira-kira 100 km dari Jakarta / 2,5 jam dengan mobil, 89 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Pintu Gunung Putri (Cianjur) dekat dengan Cibodas dan dapat dijangkau lewat Cipanas atau Pacet. Pintu Selabintana (Sukabumi) berjarak 60 km dari Bogor / 1,5 jam naik mobil, dan 90 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Jalur ini sudah ditutup, karena ada beberapa tempat yang terkena longsor sehingga kita harus merangkak melalui pinggiran jurang dengan tali. Untuk itu diperlukan ijin khusus dan harus dengan pengawalan ranger. Pintu Situgunung (Sukabumi) berjarak 15 km dari Selabintana ke arah Bogor. Jalur menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango memiliki jalur yang sangat jelas, kecuali pintu masuk Situgunung.
  • PERATURAN PENDAKIAN
  1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diperlukan bagi pendaki gunung atau wisatawan yang dari Cibodas menuju Air terjun Cibeureum melanjutkan ke Air Panas. Wisatawan yang menuju Air terjun Cibeureum lewat Selabintana. Dari perkemahan Bobojong memasuki Taman Nasional lewat Gunung Putri.
  2. Bagi para pendaki gunung harus minta ijin ke kantor pusat taman di Cibodas, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam.
Jam buka kantor pengurusan ijin:
Senin - Kamis jam 07.30 - 14.30
Jumat jam 07.30 - 11.00

  • Pendaki harus menyerahkan photo copy KTP atau Surat ijin Orang Tua bagi yang belum memiliki KTP.
  1. Penjaga akan memeriksa barang-barang bawaan dan perijinan sebelum memasuki taman.
  2. Dilarang membawa binatang ke dalam taman.
  3. Dilarang membawa senjata tajam termasuk pisau dan peralatan berburu
  4. Dilarang membawa perlengkapan radio dan bunyi-bunyian ke dalam taman, ijin khusus diperlukan bagi pengguna “walkie-talkie”.
  5. Dilarang membuat api unggun yang beresiko tinggi penyebab kebakaran hutan.
  6. Dilarang mengganggu, memindahkan, atau merusak barang-barang milik taman. Termasuk mencorat-coret batu atau pohon.
  7. Dilarang memetik bunga atau mencabut tanaman.
  8. Mendakilah mengikuti jalur utama. Memotong jalur dapat merusak taman dan juga sangat berbahaya.
  9. Jangan tinggalkan sampah, sangat sulit dan lama untuk membersihkan sampah dan botol-botol di gunung. Bawa kembali semua sampah ke luar taman.
  10. Jangan mecemari atau mengotori sungai, pada saat mandi jangan gunakan sabun atau bahan pencemar lainnya.
  11. Melapor kembali ke penjaga taman ketika meninggalkan taman dan menyerahkan surat ijin masuk.
  12. Dilarang membawa minumam beralkohol ke dalam taman.

  • KEBUTUHAN MINIMAL
Bagi para pendaki kebutuhan utama yang harus dipenuhi adalah:
  1. Perlengkapan minimal pendakian: pakaian hangat, sleeping bag bila ingin menginap di gunung, jas hujan atau pakaian tahan air, perlengkapan obat-obatan.
  2. Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup (non-alkohol).
  3. Dilarang mendaki sendirian, sedikitnya harus tiga orang dalam suatu kelompok dan sebisa mungkin dibimbing oleh orang yang sudah hafal betul dengan jalurnya.

  • PINTU CIBODAS & GUNUNG PUTRI
Jalur terbaik adalah melalui Cibodas, karena kita dapat menikmati keindahan satwa dan beberapa tempat menarik seperti Telaga Biru, air terjun Ciberem dan Air Panas. Terutama sekali kita dapat menemukan aliran air sepanjang jalan hingga pos Kandang Badak suatu pos persimpangan jalan antara Gunung Gede dan Pangrango.
Cibodas atau Gunung Putri dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum jurusan Jakarta - Bandung. Turun di Cipanas atau pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil jurusan Cipanas - Cibodas, atau Cipanas - Gunung Putri. Selain dikenakan tiket masuk Taman dan Asuransi, pengunjung diwajibkan meninggalkan photocopy Tanda Pengenal dan menunjukkan Tanda pengenal asli.
Sebelum pos Kandang Batu kita akan melewati suatu lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin namun banyak pendaki berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal.
Mandi di sungai di Pos Kandang Batu ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan kantuk. Membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya.
Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin.
Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.
Di atas puncak gunung Gede dengan latar belakang gunung Pangrango.
Puncak Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona.
Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango.
Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat).

  • KELUAR TAMAN MELEWATI SELABINTANA
Minggu pertama bulan Mei 2001 terdapat ribuan pendaki berjejal di pintu Cibodas sepanjang hari membuat petugas kewalahan. Sepanjang jalur dimana ada tempat agak lebar disitu ada pendaki membuat tenda. Bahkan dijalanan para pendaki beristirahat dan tiduran karena sudah tidak ada tempat lagi untuk beristirahat. Kami pun harus berjalan dengan hati-hati karena bisa-bisa menginjak kaki para pendaki yang tidur dijalanan. Tenda - tenda berjejal di Pos Kandang batu dan Pos Kandang Badak, banyak pendaki yang tersesat menuju kawah sebelum Pos Kandang Badak, hal ini mungkin karena banyaknya jalur baru dan banyak pohon tumbang, bukan hanya pendaki baru pendaki yang sudah beberapa kalipun juga tersesat ke kawah.
Alun-alun Suryakencanapun penuh dengan pendaki yang membuat Tenda, tidak seperti biasanya minggu pertama bulan Mei cuaca Gunung Gede saat itu terasa panas baik di sepanjang jalan maupun di puncak gunung. Cuaca dingin dan kabut tidak dijumpai padahal beberapa hari sebelumnya dikabarkan udara sangat dingin hingga puncak gunung diselimuti kristal es.
Dari puncak Gn.Gede Tim kesebelasan Skrekanek berlomba-lomba menuruni lereng puncak menuju Alun-alun Suryakencana, melewati pohon-pohon edelweis. Suasana di alun-alun seperti di tempat wisata perkemahan, banyak pendaki merebahkan badan di rumput sambil berjemur, kebetulan cuaca sedang panas. Setelah beristirahat sejenak ke-11 Tim segela melanjutkan perjalanan.
Dari Alun-alun Suryakencana kebanyakan pendaki berbelok ke kiri menuju jalur Gunung Putri, sedangkan Tim Skrekanek berbelok kanan ke arah barat untuk menuju ke Jalur Selabintana menyusuri alun-alun Suryakencana. Kemudian berbelok kekiri memasuki kawasan hutan di lereng Gn.Gumuruh. Tim Skrekanek sempat salah jalan dengan mengikuti jalur yang menuju puncak Gn.Gumuruh.
Jalur Selabintana memiliki 4 buah pos yang berupa bangunan berteduh yang sudah roboh semua. Pos pertama berada di lereng gunung Gumuruh dekat dengan alun-alun Selabintana. Pos ini merupakan persimpangan antara jalur ke selabintana, alun-alun, dan puncak Gn.Gumuruh. Jalur dari Pos I menuju Pos II curam sekali namun jelas kelihatan meskipun sangat jarang dilewati, kita harus tetap waspada, di beberapa tempat kita harus turun dengan cara merangkak berpegangan batu atau akar.
Mendekati pos ke dua jalur agak landai , di kiri kanan jalur di tumbuhi pohon-pohon besar dengan bentuk yang aneh-aneh yang menimbulkan khayalan dan rasa takut, meskipun cuaca hari itu sangat bagus. Beberapa anggota Tim mulai berbicara ngelantur, tiga orang tim dari Tj. Priuk merasa seolah -olah kami hanya berputar-putar di tempat yang sama, sehingga mereka sempat panik. Asep merasa melihat bangunan rumah besar dan ingin menuju ke sana. Lebih parah lagi Gandhi merasa berada di rumah sendiri dan mengajak kami semua untuk mampir ke rumahnya. Setelah sampai di pos II (dari puncak) kami beristirahat untuk memulihkan kesadaran kembali.
Setengah perjalanan di dekat Pos tiga terdapat air terjun kecil dengan mata air yang jernih dan dingin, kita dapat mengisi perbekalan air kita atau sebaiknya berkemah disini bila sudah sudah sore, karena jalan yang akan kita lalui berikutnya sangat berbahaya, selain sempit menyusuri sisi jurang juga mudah longsor, menikung tajam tertutup oleh semak-semak, bila dalam keadaan gelap atau berkabut sangat berbahaya.
Sebaiknya kita menempuh perjalanan pada pagi atau siang hari dimana matahari terang namun apabila berkabut tetap sangat berbahaya. Jangan berjalan terlalu cepat gunakan tongkat untuk menusuk tanah di depan kita bila jalur tertutup semak. Jaga jarak jangan terlalu jauh dengan pendaki lainnya.
Jalur selanjutnya terputus dan sepertinya hilang. Kita harus menuruni lereng jurang menggunakan tali, yang tidak kelihatan karena tertutup daun-daunan. Kemudian menyusuri tepi jurang yang sangat berbahaya sambil berpegangan tali karena berjalan di atas batuan yang licin dan berair, kita harus menaiki jurang kembali dengan menggunakan tali.
Jalur selanjutnya sudah lebar dan tampak jelas, kita akan melewati jalanan setapak yang agak nyaman tidak terlalu menurun menuju Selabintana. Bagi yang menggunakan sandal gunung sebaiknya mengolesi kaki dan badan dengan air tembakau, karena jalur ini banyak sekali pacetnya. Pos empat berada di dekat selabintana disini terdapat areal perkemahan yang sangat luas, dan sungai yang jernih.

  • MISTERI GUNUNG GEDE
Kadangkala pendaki yang berada dikawasan alun-alun Suryakencana, akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Suryakencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana.
Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl yang berada disebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. Suryakencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu: Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi.
Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.
Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.
Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.
Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.
Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.
Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.

  • JAKARTA - GUNUNG GEDE - PANGRANGO
  1. Jakarta - Cipanas ( arah Bandung ) 100km 2,5 jam
  2. Cipanas - Taman Cibodas ( Pintu Masuk ) 30 mnt
  3. Cibodas - Danau Biru 30 mnt
  4. Danau Biru - Kandang Batu ( Air Panas ) 2 jam
  5. Kandang Batu - Kandang Badak 1,5 jam
  6. Kandang Badak - Puncak Gede ( 2.958 Mdpl ) 1 jam
  7. Kandang Badak - Puncak Pangrango ( 3.019 Mdpl ) 3 jam
  8. Puncak Gede - Alun Alun Suryakencana 30 mnt



Aktivitasku...

Sama seperti anak-anak muda yang lain pada umumnya, setiap pagi saya bangun…ya waktunya sih g tentu. Tergantung sama waktu tidur semalam. Kadanng bangun pagi…..kadang juga bangunnya kesiangan hehe…... Abis bangun saya pergi ke kamar mandi untuk ngambil air wudlu. Ya kalau sudah shalat subuh, kadang-kadang saya tidur lagi, kalau tidak saya menonton berita itung-itung nambah wawasan keadaan dunia yang uptodate. Kalau paginya ada kul ya sperti biasa mandi pagi biar keliatan ganteng didkit hehe….pas hari udah menunjukkan siang…., waktunya tidur ! (istirahat dari aktivitasku yang sangat padat)”heuheu sok sibuk…”. Pas malam harinya paling ngerjaian tugas(itu juga kalau ada tugas, kalau ga ad amah paling nyalain computer, terus maen game “susah uy ngilangin sifat malas the…”. Dalam seahari itu shalat 5 waktu g boleh lupa!!! Kan sebagi tiang agama kita.
Ya begitulah kehidupanku sehari-hari. Kalu ada kuliah ya kuliah, kalau ga ada kul mah paling berdiam diri di kosan. Kebanykan saya diam di kosan sih dari pada kuliah yang sehari paling 4 sks. ya kadang-kadang merasa jenuh juga sih dengan pola hidupku yang seperti itu. Tapi ya beginilah hidup bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian “heuheu sok bijak sautik mah teu nnaun meren”.

Profil CIANJUR

 


Kabupaten Cianjur

Secara geografis, Kabupaten D.T. II Cianjur terletak 106o42’-107o25’ Bujur Timur dan 6o21’-7o32’ Lintang Selatan. Kabupaten Cianjur ini di sebelah Utar berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah Timur dengan Kabupaten Garut dan Bandung dan di sebelah Selatan dibatasi Samudera Indonesia. Jarak tempuh dari Jakarta ke Cianjur sekitar 120 km, dan dapat ditempuh baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.Luas Wilayah 3.501,48 km²

Letak Geografis
106°25' - 107°25' Bujur Timur dan 6°21' - 7°32' Lintang Selatan

Batas Wilayah
Utara: Kabupaten Bogor dan Purwakarta
Selatan: Samudera Indonesia
Barat: Kabupaten Sukabumi
Timur: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

General Information
Wilayah Kabupaten Cianjur terbagi dengan ciri fotografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 sampai dengan 2.962 meter diatas permukaan laut (Puncak Gunung Gede) dengan kemiringan antara 1% sampai dengan 40%, yaitu wilayah Cianjur Selatan antara 15%%o sampai 40% dan wilayah Cianjur Utara 1% sampai dengan 15%.

Jumlah Penduduk
1.946.405 orang, yang terdiri dari laki-laki sebesar 983.762 jiwa dan 962.643 jiwa perempuan. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata penduduk 561 jiwa per km2. (Sensus Penduduk 2000)

Jumlah Kecamatan
26 kecamatan

Sarana Pendidikan
Jumlah Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 85 , 1.245 buah SD yang terdiri dari 1.233 SD Negeri dengan jumlah murid 239.825 murid dan 12 SD Swasta, SLTP sebanyak 87 buah dengan 37.862 siswa, SLTA sebanyak 41 buah dengan 19.911 siswa. Sedangkan MI sebanyak 229 buah dengan 24.927 siswa. MTs berjumlah 67 buah dengan 992 siswa, dan Aliyah 17 buah sekolah dengan 3.691 siswa.

Dalam hal makanan Cianjur terkenal dengan tauconya (makanan yang terbuat dari kacang kedelai), pepes ikan mas serta manisan dan buah-buahan dan sayuran. Sepanjang jalan raya daerah ini banyak sekali restoran-restoran dengan sajian berbagai jenis masakan Cina, Sea-food, Eropa dan Daerah.



Artikel Pembelajaran Applikasi IT

1.1Pengantar Jaringan Komputer
Jaringan komputer telah berkembang selama lebih dari 40 tahun, dan dalam kurun waktu tersebut fungsinya telah berubah dari sekedar alat percobaan di laboratorium menjadi suatu sistem yang digunakan oleh berjuta-juta orang setiap harinya.

 

Jaringan komputer pertama bernama Arpanet, yang merupakan cikal bakal internet dimana jutaan orang diberbagai belahan dunia dapat mengakses untuk saling berkomunikasi, berbagi informasi dan mencari informasi dengan cepat dan sangat mudah tanpa dibatasi oleh waktu dan wilayah, dan semakin hari perkembangannya semakin meningkat.


1.2Internet
Pada tahun 1963, RAND Coorporation membangun suatu jaringan yang menghubungkan semua tempat strategis di Amerika Serikat dengan UCLA sebagai pusat jaringannya. Pada tahun 1964 dikeluarkan proposal RAND yang intinya membentuk jaringan yang sifatnya tidak terpusat pada satu tempat dan tetap berfungsi sekalipun dalam keadaan hancur. Proposal ini diilhami oleh munculnya NET di awal tahun 1960-an. Pada tahun 1969 empat buah IMP (interface Message Processor) dikirimkan ke 4 perguruan tinggi yaitu, UCLA, SRI (standart research Institute), UCSB (University of California Santa Barbara) dan University of Utah. Jaringan ini kemudian disebut ARPANET yang kemudian hari hari berkembang menjadi internet seperti sekarang.
Sampai saat ini belum ada istilah/definisi yang cocok untuk mendefinisikan internet, alasannya adalah perbedaan makna antara dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Hal ini disebabkan kekomplekan yang ada pada internet serta perubahan yang terjadi setiap saat pada arsitekturnya serta cara pandang orang yang memiliki berbagai persepsi mengenai internet.
Secara umum internet merupakan suatu jaringan komputer yang terdiri dari berbagai macam ukuran jaringan komputer diseluruh dunia mulai dari sebuah PC, jaringan-jaringan lokal skala kecil, jaringan-jaringan skala menengah hingga jaringan-jaringan utama yang menjadi backbound internet.
Sebelum mengenal internet lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui lebih dulu pengertian dari jaringan komputer. Jaringan komputer adalah suatu gabungan nberbagai peralatan komunikasi dan komputer yang dihubungkan satu sama lain lewat medium komunikasi secara elaktronik. Komunikasi dapat dengan menggunakan kabel untuk jenis LAN (Local Area Network) , sedang untuk cakupan wilayah yang lebih luas sperti WAN (Wide Area Network) dapat menggunakan saluran telepon, gelombang mikro maupun satelit.



Gambar 1.2 Local Area Network
 


Gambar 1.3 Wide Area Network
 

Untuk dapat mengakses internet dibutuhkan perlengkapan yang disebut modem (modulation/demodulation) yang berfungsi sebagai pembawa signal dari tempat asal ketempat tujuan dengan menggunakan gelombang frekuansi tinggi. Mesin komputer yang terhubung ke jaringan di sebut node. Tempat pemakai jaringan berada disebut terminal.
Semua perlengkapan jaringan saling berkomunikasi lewat suatu aturan umum yang disebut protokol. Ada beberapa jenis protokol yang dapat yang digunakan di internet, namun yang paling umum adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).

1.3Perangkat Akses
Agar dapat terkoneksi ke jaringan internet, diperlukan beberapa perangkat tambahan selain komputer, diantaranya adalah :
  • Hardware
Modem : internal atau eksternal menghubungkan antara komputer dengan jalur komunikasi.
Saluran komunikasi : media yang digunakan untuk menerima atau mengirim data dari dan ke internet.
  • Software
Software untuk mengakses internet seperti web browser ( Internet Explorer, Mozilla, Netscape, Mosaic dll), software Email (Microsoft Outlook, pegasus mail), software pengirim/penerima data ( Cute FTP, BFTP dll)
c.Penyedia akses
Untuk dapat mengakses ke internet kita harus menggunakan suatu provider penyedia jasa internet (Centrin, Telkomnet Instan, Indonet, Wasantara dll).

1.4DNS (Domain Name Sevice)
Setiap komputer yang terkoneksi ke jaringan TCP/IP didefinisikan melalui IP Address. Suatu nama (disebut host name) juga dapat diberikan ke setiap device yang memiliki IP Adrress. IP address terdiri dari 4 segmen, masing –masing segmen terdiri dari 3 digit angka.
Contoh : 167.205.xxx.xxx
200.169.xxx.xxx
Dimana xxx diisi dengan angka 0-255
Alamat inilah yang dipakai sebagai pengenal suatu perangkat yang terkoneksi ke internet. Apakah manusia dapat menghapal angka-angka tersebut ketika ia akan mengakses alamat-alamat yang ada di internet ? tentu saja tidak. Oleh karena itu manusia sebagai pengguna network memerlukan metode penamaan yang mudah diingat dan diketik dengan tepat dibandingkan harus mengingat dan mengetikkan IP Address suatu komputer.
Pada internet setiap mesin diberi nama informatif. Dengan melihat nama suatu mesin, minimal orang dapat membayangkan dimana mesin berada dan service apa yang diberikannya. Bentuk hostname yang dipakai pada internet mirip dengan IP Address yaitu terdiri dari segmen berupa tingkatan. Contoh hostname :
Dns.unikom.ac.id
If.unikom.ac.id
Dns.inkom.lipi.go.id

Arti dari nama dns.unikom.ac.id adalah suatu mesin yang diberi nama dns, fungsinya sebagai domain name server, mesin ini berada di UNIKOM, tergabung dalam domain ac (academic) dan berada di Indonesia (id). Sedang dns.inkom.lipi.go.id berada di LIPI Bandung tergabung dalam domain go (government) dan berada di Indonesia (id).
Top level domain yang dipakai pada internet adalah singkatan nama negara (geografis). Beberapa contoh top level ini adalah :

id : Indonesia
ca : Kanada
fr : Perancis
jp : Jepang
nl : Belanda
th : Thailand
au : Australia
uk : Inggris

Adapun level-level domain yang lainnya seperti :

go/gov : Lembaga pemerintah
net : Pensupport network
ac/edu : Lembaga pendidikan
org : Milik organisasi
co/com : Lembaga komersial
mil : Organisasi militer


1.5Komponen Internet
Komponen-komponen yang ada dalam internet beranaeka ragam menurut sifat maupun manfaatnya. Komponen yang dimaksud bisa berupa layanan internet, piranti, utility atau suatu sistem tertentu di internet. Seiring perkembangannya maka komponen-komponen ini pun berubah-ubah jumlahnya setiap ssaat. Hanya saja terdapat 3 tiga komponen utama yang paling banyak dipakai yaitu, Telnet, FTP dan Mail.

  • Telnet
Merupakan suatu utility untuk dapat mengendalikan komputer dari komputer lain dengan menggunakan perintah text command.

Gambar 1.4 Telnet

  • FTP (File Transfer Protocol)
Digunakan untuk mengirim file/data (upload) ke suatu server atau mengambil file/data (download) dari server

Gambar 1.5 FTP Server

  • Mail
Digunakan untuk bekirim pesan/surat secara elekrtonik menggunakan komputer sehingga disebut Electronic Mail (E-mail)


Gmbar 1.6 E-Mail